Setiap negara
pada umumnya memiliki kendaraan dinas yang digunakan untuk keperluan
pemimpin nya, yaitu bagi Kepala Negara. Baik untuk kegiatan resmi,
penyambutan tamu Negara, maupun kegiatan-kegiatan rutinnya.
Kendaraan yang digunakan, niscaya dilazimkan wajib memenuhi standar
teknis yang tinggi. Seperti handal, tangguh, dan aman serta layak (dari
segi kenyamanan). Meski pun tingkatan kelas yang dimilikinya berbeda
satu-sama lain, bergantung kemampuan keuangan dari suatu negara.
Kendaraan yang umum digunakan adalah tipe Mercedes Benz yang
sudah dilengkapi standar teknis tambahan yang dibutuhkan. Seperti kaca
anti peluru, sistem komunikasi, dan lain-lain. Di
samping Mercedes Benz, seringkali juga digunakan kendraan
merek-merek lain, yang pada umumnya merek yang dapat diproduksi di dalam
negeri sendiri, agar sekaligus mampu memacu industri otomotif domestic.
Contoh Volvo di Swedia, Toyota di Jepang, Lincoln di
Amerika Serikat, dan atauJaguar. Demi pertimbangan kepentingan domestik,
maka meski agak dipandang sebelah mata, banyak juga negara yang memilih
menggunakan mobil buatan local. Contoh: Tata di India dan Proton di
Malaysia
.
Dalam perjalanannya, mobil-mobil tersebut juga memiliki nilai dalam
sejarah negara masing-masing. Seperti mobil Limousine bak terbuka yang
ditumpangi John Fitzgerald
Kennedy saat ditembak Lee Harvey Oswald di Dallas, yang menewaskannya.
Padahal di mobil itu juga Bung Karno saat ke Amerika Serikat pernah
diajak naik duduk bersama disamping JFK.
JFK
dan BK semobil di mobil kepresidenan US 1 tahun 1963
Di Indonesia,
mobil yang bernilai sejarah karena pernah digunakan sebagai mobil
kepresidenan, saat ini (walau sudah berusia 60 tahun lebih)
masih ada dan disimpan di Museum Gedung Joang 45 Menteng
31, Jakarta. Di antaranya adalah Mobil Buick-8 dan DeSoto sebagai
kendaraan dinas pertama Presiden dan Wakil
Presiden Indonesiapertama Soekarno dan Mohammad Hatta.
Mobil
Buick-8
Mobil Buick-8, buatan Buick
adalah Mobil Kepresidenan Republik Indonesia yang pertama
digunakan pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Digunakan sebagai kendaraan Dinas Presiden RI pertama
Soekarno terutama dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia antara
1945-1949.
Bung
Karno membalas sambutan rakyat sambil berdiri di mobil kepresidenan RI,
tampak
di belakang Sultan Hamengku Buwono IX akan naik untuk mendampingi.
Kisah mobil ini menjadi
mobil kepresidenan cukup menarik. Mobil ini ditemukan pada tahun 1945 di
belakang kantor Departemen Perhubungan Masa Pendudukan Jepang (Sekarang
kantor Direktorat Jendral Perhubungan Laut, Jalan Merdeka
Timur, Jakarta) oleh Sudiro, ketua
Barisan Banteng.
Ia sendiri paham bahwa
mobil Buick-8 itu tidak hanya bukan sembarang mobil, konon mobil itu
adalah mobil terbagus di Jakarta saat itu. Tokoh pejuang
KemerdekaanIndonesia tersebut lantas mendekati sopirnya dan
membujuknya pulang ke kampungnya di Kebumen, meminta kunci dan
mempersembahkannya kepada Presiden Soekarno, sebagai kendaraan yang
dirasa pantas untuk dinasnya sebagai Presiden dengan nomor polisi Rep-1.
Buick
– 8 mobil resmi pertama yang digunakan sebagai mobil kepresidenan RI.
Mobil ini, modelnya masih
tampak berwibawa dan mengesankan meski berumur puluhan
tahun. Ada selembar kaca yang memisahkan penumpangnya dengan
pengemudi yang dapat dibuka dengan sebuah tuas yang diputar. Mobil ini
adalah mobil type Limited-8, mobil utama Buick yang dikeluarkan pada 1939
dengan kapasitas 320 ci atau 5247 cc. Bukan Buick biasa yang dikeluarkan
pada tahun 1931.
Selain Mobil Buick-8, Mobil
dinas Presiden Soekarno antara lain Cadillac 56, Cadillac
48, Lincoln landaulette (limosin cabriolette) dan Chrysler
Imperial. Chrysler tipe Imperial 38 yang bernomor polisi B 9105 inilah
yang digunakan presiden Soekarno.
Di tubuh mobil
hadiah dari Raja Arab Saudi,
Ibnu Saud ini, terdapat cacat di spatbor kiri mobil dan kaca
belakang yang tetap dipertahankan sebagai bukti sejarah. Yaitu ketika
Presiden Soekarno menjemput anak-anaknya yang bersekolah di Perguruan
Cikini, mobil ini selamat dari ledakan granat yang dikenal sebagai Peristiwa Cikini, dan bahkan
salah seorang penumpangnya kemudian mah juga bis menjadi Presiden
Indonesia, Megawati
Soekarnoputri.
|
0 komentar:
Posting Komentar